Rabu, 14 Oktober 2015

Penduduk, Masyrakat dan budaya Bengkulu

        Provinsi Bengkulu memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang diwarnai tiga rumpun suku besar yaitu Suku Rejang yang berpusat di Kabupaten Rejang Lebong, Suku Serawai yang berpusat di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Suku Melayu berpusat di Kota Bengkulu.Kota Bengkulu sebagai Ibukota Provinsi sejak dahulu telah didatangi dan didiami oleh berbagai suku bangsa dari berbagai daerah baik dari luar Provinsi maupun dari kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Bengkulu, antara lain ;Suku Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, Bugis, Minang, Batak dan lain-lain, oleh karena itu kebudayaan di Kota Bengkulu merupakan akulturasi dari kebudayaan dan adat istiadat dari berbagai suku bangsa.Selain itu pula bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari oleh mayoritas masyarakat Kota Bengkulu yaitu bahasa Melayu Bengkulu, Bahasa Rejang, Bahasa Serawai, Bahasa Pekal dan Bahasa Lembak.
         Pengaruh Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bengkulu masih sangat kental, hal ini terlihat dari adat istiadat yang berlaku yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, seperti seni kerajinan Kain Besurek yang merupakan kain bertuliskan huruf Arab Gundul serta upacara adat yang bernuansa Islam banyak dilakukan masyarakat antara lain;

         Untuk mengenang gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad S.A.W di adakan perayaan upacara ritual Tabot setiap tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Muharram. Perayaan Tabot saat ini sudah menjadi bagian dari kalender wisata nasional setiap tahunnya.
Kesenian berzikir (Syarafal Annam), nyanyian yang diambil dalam Kitab Berzanji dengan bunyi-bunyian rebana yang dimainkan oleh kaum laki-laki. Berzikir biasanya dilakukan pada acara Perkawinan, Hari besar agama dan lain-lain.
          Selain itu kesenian yang biasa dilaksanakan seperti Kesenian Gamat yang merupakan musik tradisional  iramanya mirip Melayu Deli dan di sertai pantun-pantun, Kesenian Gambus yang merupakan jenis musik umumnya berirama padang pasir, Kesenian Dendang biasanya dilaksanakan pada upacara perkawinan. Dendang adalah nyanyian –nyanyian yang di iringi oleh musik rebana .Jenis dendang antara lain;Senandung Gunung, Ketapang, Rampai- rampai dll.
Dalam tatanan sosiologi masyarakat yang memilki beragam suku dan bahasa masyarakat Kota Bengkulu mempunyai Falsafah hidup “Seiyo sekato” merupakan motto  kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama  sering kita dengar dalam bahasa pantun ”Kebukit sama mendaki, kelurah sama menurun” artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan akan terasa ringan juga.Selain itu ada pula” Bulek air kek pembuluh, bulek kato kek mufakat” artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah. Falsafah hidup ini mampu meningkatkan kerukunan dan kualitas membangun kerja sama diantara masyarakat Kota Bengkulu, sehingga ketika mereka berbaur masih tetap bisa bekerja sama meskipun berbeda suku dan bahasa.

a. Mengenai Bengkulu dan penduduk,masyarakat serta budaya
      Nama “Bencoolen” diperkirakan diambil dari sebuah nama bukit di Cullen, Skotlandia, Bin of Cullen (atau variasinya, Ben Cullen). Penamaan ini kurang berdasar karena bukanlah tabiat bangsa Melayu untuk menamakan daerahnya dengan nama daerah yang tidak dikenal[rujukan?], apalagi asal nama itu dari Skotlandia yang jauh disana.
Sumber tradisional menyebutkan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu berasal dari kata ‘Bangkai’ dan ‘Hulu’ yang maksudnya ‘bangkai di hulu’. Konon menurut cerita, dulu pernah terjadi perang antara kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Bengkulu. dan dari pertempuran itu banyak menimbulkan korban dari kedua belak pihak di hulu sungai Bengkulu. Korban-korban perang inilah yang menjadi bangkai tak terkuburkan di hulu sungai tersebut maka tersohorlah sebutan Bangkaihulu yang lama-kelamaan berubah pengucapan menjadi Bangkahulu atau Bengkulu. Penamaan seperti ini mirip dengan kisah perang antara pasukan Majapahit dengan pasukan Pagaruyung di Padang Sibusuk, daerah sekitar bekas wilayah kerajaan Dharmasraya, yang juga mengisahkan bahwa penamaan Padang Sibusuk itu dari korban-korban perang yang membusuk di medan perang.
      PROVINSI BENGKULU secara etimologis berasal dari bahasa Melayu-Jawa yaitu “Bang” yang berarti Pesisir dan ”Kulon” yang berarti barat. Dimana secara berjalannya waktu berubah menjadi Bengkulu. 


Pada masa kerajaan nusantara di wilayah ini pernah berdiri beberapa kerajaan etnis seperti:
    1.Kerajaan Sungai Serut
    2. Kerajaan Selebar
    3. Kerajaan Pait Petulai
    4. Kerajaan Balai Buntar
    5. Kerajaan Sungai Lemau
    6. Kerajaan Sekiris
    7. Kerajaan Gedung Agung
    8. Kerajaan Marau Riang
     Sekitar awal abad ke-16 hingga abad ke-17, wilayah Bengkulu juga pernah termasuk ke dalam wilayah beberapa kerajaan besar seperti :
     1. Kerajaan Inderapura
     2. Kesultanan Banten

      Pada tahun 1685 kongsi dagang Inggris yaitu British East India Company (EIC) mendirikan pusat perdagangan lada tepatnya di Kota Bengkulu. Hal ini disebabkan kejatuhan Pelabuhan Banten ke tangan Belanda pada sekitar abad tersebut yang menyebabkan EIC tidak dapat melakukan kegiatan perdagangan disana. Berdasarkan Trajtat dengan Kerajaan Selebar disepakati bahwa Inggris diberikan hak untuk mendirikan Benteng York di sekitar muara Sungai Serut dan seiring berkembangnya waktu Inggris juga mendirikan Benteng Marlborough pada tahun 1719.
Berdasarkan Perjanjian London pada tahun 1824, wilayah Bengkulu yang telah dikuasai Inggris diserahkan kepada Belanda dengan imbalan wilayah Malaka serta kepemilikan atas Singapura dan Pulau Belitung kepada Inggris.  Setelah dikuasai Belanda, secara otomatis wilayah Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda hingga masa kemerdekaan Indonesia.
      Bengkulu terkenal sebagai wilayah pembuangan serta pengasingan beberapa tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1930. Tercatat beberapa tokoh penting pernah diasingkan disini termasuk Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Setelah kemerdekaan, Bengkulu termasuk ke dalam wilayah Propinsi Sumatera Selatan dengan status Karesidenan. Baru sekitar tahun 1968 tepatnya pada tanggal 18 November 1968, Bengkulu ditetapkan menjadi Propinsi ke-26 di Indonesia.


Sumber :
1. http://niniandreas.blogspot.co.id/2014/01/makalah-budaya-adat-bengkulu.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Bengkulu
3. http://www.garudacitizen.com/tabot-bengkulu-budaya-sakral/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar