A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia
adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung
jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung,memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan
jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.
Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila
belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti
pula ia telah bertanggung jawab atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana
kegiatan belajar si mahasiswa, itulah kadar pertanggungjawabannya. Bila
pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C itulah kadar
pertanggung-jawabannya.
Bila si mahasiswa malas belajar, dan ia sadar akan hal
itu. Tetapi ia tetap tidak mau Belajar dengan alasan capek, segan dan
lain-lain. Padahal ia menghadapi ujian.Ini berarti bahwa si mahasiswa tidak memenuhi kewajibannya,berarti pula ia tidak bertanggung jawab.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau
buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengabdian atau pengorbanannya.Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu
ditempuh usaha melalui pendidikan,penyuluhan, keteladanan, dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri
atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia manghadapi manusia
lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alamo Dalam
usahanya itu manusia juga menuadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut
menentukan yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung
jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan
yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis
tanggung jawab, yaitu :
(a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran
setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan
kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri Menurut sifat
dasamya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga seorang
pribadi. Karena merupakan seorang pribadi maka manusia mempunyai
pendapat sendiri, perasaan sendiri angan-angan sendiri. Sebagai
perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat
dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan,
kekeliruan,baik yang disengaja maupun tidak.
Contoh:
Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun
sebentar-sebentar ia melihat jalan, tetap juga ia lengah, dan
terperosok ke sebuah lobang. kakinya terkilir. Ia menyesali dirinya
sendiri akan kejadian itu.Ia
harus beristirahat dirumah beberapa hari. Konsekwensi tinggal di rumah
beberapa hari merupakan tanggung jawab sendiri akan kelengahannya.
(b) Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri
dari suami-istri. ayah-ibu dan anak-anak. dan juga orang lain yang
menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan. pendidikan, dan kehidupan.
Contoh :
Seorang ibu telah dikarunia tiga anak, kemudian
oleh sesuatu sebab suaminya meninggal dunia, karena ia tidak
mempunyai pekeIjaan/tidak beketja pada waktu suaminya masih hidup
maka demi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga ia melacurkan
diri.
Ditinjau dari segi moral hal ini tidak bisa diterima
karena melacurkan diri tennasuk tindakan di kutuk, tetapi dari
segi tanggung jawab ia tennasuk orang yang dipuji. karena
demi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga ia rela berkorban
menjadi manusia yang hina dan dikutuk.
(c) Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain. sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial.
Karena membutuhkan manusia lain maka ia hams berkomunikasi
dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia
di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai
mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar
dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung
jawabkan kepada masyarakat.
Contoh:
Hanafi terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan
menghina pakaian pengantin adat Minangkabau. Ia tidak memakai
pakaian itu, bahkan penutup kepala yang dikeramatkan pun semula
ditolak. Tetapi setelah ada ancaman dari pihak pengiring, terpaksa
Hanafi mau memakainya juga. Di dalam peralatan itu hampir-hampir
pernikahan dibatalkan,karena timbul perselisihan antara pihak kaum
perempuan dengan pihak kaum laki-laki. Pangkalnya dari Hanafi juga.
Ia berkata pakaian mempelai yang masih sekarang dilazimkan di
negerinya, yaitu pakaian secara zaman dahulu, disebutkannya cara anak
komedi Istambul. Jika ia dipaksa memakai secara itu, sukalah urung
sahaja, demikian katanya dengan pendek. Setelah timbul pertengkaran di
dalam keluarga pihaknya sendiri akhimya diterimalah, bahwa ia
memakai smoking, yaitu jas hitam, celana hitam, dengan berompi dan
berdasi putih. Tetapi waktu hendak menutup kepalanya, sudah
berselisih pula. Dengan kekerasan ia menolak pakaian dester
suluk,yaitu pakaian orang Minangkabau. Bertangisan sekalipun
perempuan meminta supaya ia jangan menolak tanda keminangkabauan yang
satu, yaitu selama beralat saja. Jika peralatan sudah selesai, bolehlah
ia nanti memakai sekehendak hatinya pula. Hanafi tetap menolak kehendak
orang tua, ia tidak hendak menutup kepala, karena lebih gila pula
dari pada anak komidi, bila memakai dester saluk dengan baju
smoking dan dasi. Setelah ibunya sendiri hilang sabamya dan
memukul-mukul dada di muka anak yang “terpelajar” itu, barulah Hanafi
menurut kehendak orang banyak, sambil mengeluh dan teringat akan
badannya yang sudah “tergadai”. Untunglah ia menurutkan hal menutup
kepala itu, karena sekalian pengantar dan pasuinandan (pengiring bangsa
perempuan) sudah berkata bahwa mereka talc sudi mengiringkan “mempelai
didong”. Akhimya Hanafi tunduk pula dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat, Meskipun harus bersitegang dahulu. Sebagai
pertanggungjawaban kecongkakan dan kesombongannya itu, Hanafi harus
menerima rasa antipati dari masyarakat Minangkabau yang sangat ketat
terhadap adat itu (salah asuhan)
(d). Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu
adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak,
bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang
dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada
negara.
Contoh:
1) Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, Guru Isa
yang tekenal sebagai guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang
milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru isa ini harus pula
dipertanggung jawabkan kepada pemerintah kalau perbuataan itu diketahui
ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
2) Kumbakarna menolak perintah kakaknya, juga rajanya yaitu
Rahwana untuk berperang melawan rama, karena kakanya berbuat keburukan.
Bukan main Rahwana. Ia membangkit-bangkitkan hutang budi Kumbakama
terhadap kerajan Alengka. Kumbakama menyadari kedudukannya sebagai
pang1ima perang, karena itu berangkat juga ia ke medan perang
menghadapi Rama. Akan tetapi ia maju ke medan perang bukan karena
membela kakanya, melainkan karena rasa tanggung jawabnya sebagai
panglima yang harus membela negara ( Ramayana)
(e). Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai
tanggung jawab Iangsnng ternadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak
bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai
kitab sud melalui berbagai macam agama Pelanggaran dari hukuman-hukuman
tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan
yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan
melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan
berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan
manusia ternadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi
tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.
Contoh:
Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama
hidupnya karena dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan
hukum-hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat
sepenuhnya mengabdikan din kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya.
Dalam rangka memenuhi tanggung jawab ini ia berkorban tidak
memenuhi kodrat manusia pada umumnya yang seharusnya
meneruskan keturunannya yang sebetulnya juga merupakan sebagian
tanggung jawabnya sebagai mahluk Tuhan.
C. PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan
pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk
kepentingan manusia itu sendiri.
(a). Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran,
pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih
sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan
ikhlas.
Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung
jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi
kebutuhan. hal itu berarti mengabdi kepada keluarga.
Lain halnya jika kita membantu ternan dalam kesulitan,
mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian. tetapi hanya
bantuan saja.
Macam-macam pengabdian :
a. Pengabdian kepada keluarga
Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini
didasarkan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang ini mengandung
pengertian pengabdian dan pengorbanan. Tidak ada kasih sayang tanpa
pengabdian. Bila ada kasih sayang tidak disertai pengabdian. Berarti
kasih sayang itu palsu atau semu. Pengabdian kepada keluarga ini dapat
berupa pengabdian kepada istri dan anak-anak, istri kepada suami dan
anak-anaknya, anak-anak kepada orang tuanya.
b. Pengabdian kepada masyarakat
Manusia dalah anggota masyarakat, ia tidak dapat hidup tanpa orang
lain, karena tiap-tiap orang lain saling membutuhkan. Bila seseorang
yang hidup di masyarakat tidak mau memesyarakatkan diri dan selalu
mengasingkan diri, maka apabila mempunyai kesulitan yang luar biasa, ia
akan ditertawakan oleh masyarakat, cepat atau lambat ia akan menyadai
dan menyerah kepada masyarakat lingkungannya.
Oleh karena itu, demi masyarakat, anggota mayarakat harus mau
mengabdikan diri kepada masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung
jawab kepada masyarakat. Oleh karena nama baik tempat ia tinggal,
membawa nama baiknya pula. Bila remaja masyarakat kampungnya terkenal
dengan “remaja berandal” suka berkelahi, mengganggu orang, atau merampas
hak orang lain, maka bagaimanapun juga ia akan merasa malu.
c. Pengabdian kepada Negara
Manusia pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga
negara suatu negara. Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan
negaranya. Mencintai ini biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian.
Tidak ada arti cinta tanpa pengabdian.
d. Pengabdian kepada Tuhan
Manusia tidak ada sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan.
Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian
berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan
perwujudan tanggung jawabnya kapada Tuhan Yanag Maha Esa. Selain itu
juga manusia harus menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Berikut ini diberikan gambaran bagaimana orang tua
mengabdi kepada putra-putrinya demi kebahagiaan keluarga mereka.
Sepasang suami istri guru sekolah dasar di sebuah
desa. Anaknya cukup banyak. yaitu 6 orang. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan keluarga besar tesebut. si ibu tetap bekerja sebagai
guru. karena tahu bahwa gaji suaminya juga kecil, Si ibu di rumah
tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga,
karena memang tidak mampu membayar pembantu. Untuk urusan
pendidikan di sekolah si bapak yang bertanggung jawab, sedangkan
si ibu untuk urusan pendidikan yang bersangkutan dengan rumah tanggga.
Si Bapak mcmbimbing putra-putrinya dalam belajar di rumah malam
hari. scdangkan siang hari saling dengan praktek biologi seperti
menanam sayur. memelihara ternak yang hasilnya langsung dapat
dimanfaatkan oleh keluarga. Si ibu mcngajar putra-putrinya memasak,
mencuci piring. mencuci pakaian. membersihkan rumah.
Anak-anaknya yang mulai besar menjadi semacam asistennya. Setelah
anak-anaknya mulai harus sckolah di kota, mereka itu hanya disewakan
kamar yang murah dengan harus memasak dan mencuci sendiri yang sudah
terlatih baik waktu di desa. Demikianlah maka kamar itu makin
banyak penghuninya oleh adik-adik yang juga menyusul kakak
untuk belajar di kota. Sekali seminggu seorang pulang untuk
mengambil uang dan perbekalan di desa, dan sekali sebulan
ayah-ibu datang ke kota untuk tetap mengakrabkan hubungan mereka
sebagai keluarga, sekaligus mengontrol apakah anak-anaknya
menjalankan kewajibannya secara benar. Hal demikian juga
dilakukan oleh keluarga itu waktu anak terbesar harus masuk ke
perguruan tinggi. Pada waktu si sulung sudah tarnat dan bekerja, ia
pindah ke tempat kerjanya dan berfungsi sebagai donateur ternadap
adik-adiknya.Walhasil seluruh putra-putri keluarga guru tersebut dapat
menamatkan sekolahnya dan menjadi sarjana. Sementara itu si bapak
dan ibu bertahan bekerja sebagai guru di desa demi mengabdi
kepada putra-putrinya agar dapat menjadi manusia yang hidupnya
tidak sesulit dirinya. Waktu mereka sudah pensiun, mereka
merasakan bahwa pengabdiannya pada putra-putrinya juga sudah cukup,
mereka merasa puas karena mampu membekali putra-putrinya dengan
ilmu yang dijadikan kail dalam menempuh kehidupan ini. Orang
tua itu tidak membekali dengan ikan, karena akan cepat habis tanpa
bekas !
Manusia tidak ada dengan sendirinya,tetapi merupakan
mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi
kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada
Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pengabdian kepada agama atau kepadaTuhan terasa
menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati.
Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun di ladang Tuhan
karena kesadaran moralnya,karena panggilanTuhan. Mereka meningggalkan
keluarganya dan tidak akan berkeluarga, Sehingga hampir seluruh waktu
waktu, pikiran, tenaga maupun kegiatan hanya tercurah untuk memuliakan
Tuhan. Dalam agama yang tidak membedakan manusia atas dasar ras ataupun
bangsa itu, para biarawan atau biarawati ditempatkandi daerah – daerah
yangjauh dan terpencil.Semuanya dilakukan dengan semboyan tugas sud.
Selain pada gereja Katolik,pada agama Budha juga dikenal biarawati atau
biarawan dengan sebutan bhiksu dan bhiksuni dengan cara kehidupan yang
tidak jauh berbeda.
Pengabdian kepada negara dan bangsa yang juga menyolok
antara lain dilakukan oleh pegawai negeri yang bertugas menjaga
mercusuar di pulau yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup
terpencil terpencil dari masyarakat ramai, sementara ito sctiap ban
tiupan angin kencang dan laut tidak pernah bernenti, apalagi bila
terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam rnengabdikan diri demi
keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh
pegawai negri di kota tidak dapat dirasakan,mungkin sekali-sekali bila
mereka memperoleh cuti tahunan. Kesenangandan kegembiraansesamapegawai
negri haanya mereka bayangkan secara terang di alam yang demikian sepi.
Anak-anak mereka sulit berkembang sebagai mahluk sosial, dan tebatas
untuk dapat mengembangkan diri akibat terpencilnya tempat tinggalnya.
Dengan membandingkanmereka dan kehidupan kawan-kawannya di kota atau di
tempat yang lebih enak terasa arti pengorbanan mereka demi keselamatan
manusia lain, bangsa dan negara sendiri. Berapa banyakkah orang yang mau
dan mampu menghayati pengorbanan mereka itu.?
(b). Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang
berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk
menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat
kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih.
Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas
semata-mata.
Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian
tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kotbah
agama. Dari kisah para tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh
tauladan, bagaimana scmestinya wajib berkorban. Berikut ini diberikan
dua buah penggambaran.
Pangeran Sidharta Gautama dari Kapilawastu diharapkan
oleh ayahnya untuk kemudian menggantikan kedudukannya sebagai raja.
Tetapi, Pangeran tersebut lebih tetarik pada kehidupan pertapa untuk
memperoleh penerangan agung bagaimana caranya manusia dapat membebaskan
dirinya dari sengsara (samsara) melalui pelepasan (mokhsa) dan
mencapai kehidupan abadi di sorga (nirvana). Ia mengorbankan
kehidupannya yang mewah duniawi dalam istana, ia mengorbankan
kepentingan keluarganya, karena memandang bahwa kepentingan umat manusia
yang bodoh (avidhya) perlu didahulukan. Usahanya berhasil memperoleh
penerangan agung di tcmpat pertapaan Bodh Gaya, yang kemudian disiarkan
kepada umat manusia. Ia rela mengorbankan duniawinya, keluarganya. demi
kepentingan umat manusia yang derajatnya lebih tinggi. Ia menjadi
seorang Budha yang akhimya tidak dilahirkan kembali dan menjadi pendiri
agama Budha.
Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk
mengorbankan putra tunggalnya Ismail. Walaupun ia sangat sayang pada
putranya tersebut, perintah Allah untuk mengorbankan tetap dipatuhinya.
Allah menguji kesetiaan dan besamya pengorbanan Nabi Ibrahim. Nabi
Ibrahim tidak sampai hati melihat pisaunya dipotongkan ke leher
putranya, tetapi ia sudah bertekad setia menjalankan perintahNya.
Kemudian terbukti. bahwa putra yang mau dikorbankan kepada Allah sudah
berganti dengan biri-biri. Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim
kepada Allah lebih tinggi kadamya daripada pengorbanan oleh nabi
ibrahim sekarang yang ditiru oleh oleh umat Islam yang menjalankan
ibadah haji di Tanah Suci maupun umat Islam di wilayah lain dengan
mengorbanan temak untuk keperluan fakir miskin pada hari raya Idul
Qurban.
Perbedaan antara pengertian pcngabdian dan pengorbanan
tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan.
Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian
mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kala
pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dan pengabdian.
Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat
juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa
pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja
diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan
sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian
sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu.
Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan,tetapi pengorbanan
belum tentu menuntut pengabdian.
Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di
pelosok terpencil daerah transmigrasi, adalah pengabdian yang juga
menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar disitu
tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh pihak
berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk
kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. Ia hanya menerima
penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat setempat. Pengorbanan
yang ia berikan berupa tenaga, pikiran,waktu untuk kepentingan anak
didiknya.
Dalam novel berjudul “Siti Nurbaya” karya Marah
Rusli, betapa besar pengorbanan gadis Siti Nurbaya sebagai
pengabdiannya kepada orang tua. Orang tua Siti Nurbaya tidak
mampu membayarhutang kepada Datuk Maringgih. Sebagai tebusannya, Siti
Nurbaya dibujuk agar bersedia kawin dengan Datuk Maringgih, si tua
bangka, walaupun sebenamya ia sudah mengikat janji dengan pemuda
pujaannya bemama Syamsul Bahri. Demi pengabdian kepada bapaknya ,
Siti Nurbaya bersedia memutuskan hubungannya dengan Syamsul Bahri
dan mau dikawinkan dengan Datuk Maringgih, walaupun dcngan
perasaan yang sangat berat.
sumber: http://sanusiadam79.wordpress.com/2013/05/01/manusia-dan-tanggung-jawab/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar